Rabu, 23 November 2016

SIKLUS HIDUP DAN DINAMIKA POPULASI ZOOPLANKTON

TUGAS PRODUKTIVITAS PERAIRAN
SIKLUS HIDUP DAN DINAMIKA POPULASI ZOOPLANKTON

Disusun sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas Produktivitas Perairan semester ganjil
Disusun Oleh :
Amalia Fajri F                      230110140076
Siti Laila Rufaidah                230110140077
Ade Khoerul Umam             230110140082
Jian Setiawan                        230110140090
Ulfah Maisyaroh                   230110140105
Adinda Kinasih Jacinda       230110140108
Mochamad Elang                  230110140112

Kelas :
Peikanan B/ Kelompok 2

 
 

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILUMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR
2016
1.                  Pengertian Zooplankton
Plankton adalah mahluk (tumbuhan atau hewan) yang hidupnya mengapung, mengambang, atau melayang di dalam air yang kemampuan renangnya (kalaupun ada) sangat terbatas hingga selalu terbawa hanyut oleh arus. Secara fungsional, plankton dapat digolongkan menjadi empat golongan utama, yaitu fitoplankton, zooplankton, bakterioplankton dan virioplankton. Suatu ekosistem perairan zooplankton merupakan konsumer pertama yang memakan fitoplankton, kemudian zooplankton dimakan oleh anak-anak ikan. Dengan adanya keterkaitan plankton ini dalam ekosistem perairan, maka menempatkan zooplankton dimakan ikan–ikan kecil dan seterusnya (Prima dkk 2015).
Zooplankton merupakan organisme laut yang memainkan peran yang sangat penting dalam menopang rantai makanan di laut. Walaupun daya geraknya terbatas dan distribusinya ditentukan oleh keberadaan makanannya, zooplankton berperan pada tingkat energi yang kedua yang menghubungkan produsen utama (fitoplankton) dengan konsumen dalam tingkat makanan yang lebih tinggi. Peranan zooplankton sebagai konsumen pertama sangat berpengaruh dalam rantai makanan suatu ekosistem perairan (Handayani dan Patria 2005 dalam Fitriya dkk 2013). Umumnya sebaran konsentrasi plankton di perairan pantai tinggi karena tingginya kadar nutrien yang berasal dari daratanmelalui limpasan air sungai. Namun sebaliknya, konsentrasi nutrien di perairan laut terbuka sangat terbatas. Pengayaan nutrien yang dijumpai di laut terbuka kemungkinan berasal dari penaikan massa air laut dalam yang lebih dingin dan kaya nutrient (upwelling). Kesamaan pola sebaran plankton pada skala yang besar ditentukan oleh beberapa faktor yaitu massa air permukaan, sirkulasi, dan region upwelling (Fernandez-alamo dan Farber-Lorda 2006 dalam Fitriya dkk 2013).


2.         Siklus Hidup Zooplankton
Berdasarkan siklus hidupnya zooplankton dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu sebagai meroplankton dan holoplankton banyak jenis hewan yang menghabiskan sebagian hidupnya sebagai plankton, khususnya pada tingkat larva. Plankton kelompok ini disebut meroplankton atau plankton sementara. Sedangkan holoplankton atau plankton tetap, yaitu biota yang sepanjang hidupnya sebagai plankton (Arinardi et al. 1994).
            2.1              Meroplankton
Meroplankton adalah hewan yang hidup sebagai plankton untuk sementara saja, yang merupakan fase awal dari daur (siklus) hidupnya . Meroplankton umumnya berupa telur hingga larva yang hidup melayang atau mengambang diatas laut . Memasuki tahap dewasa ia berubah secara bertahap menjadi nekton yang bisa berenang bebas, atau sebagai bentos yang hidup menancap, melekat atau menetap di dasar laut . Sebagian besar hewan laut yang kita kenal seperti ikan, udang, kepiting, kerang, cumi - cumi, teripang, karang batu memulai daur hidupnya sebagai meroplankton. Meroplankron ini sangat tinggi keberagamannya 
Gambar 1. Siklus Hidup Kepiting (Meroplankton)

Menurut Boer (1993) dalam Agus (2008), setelah telur menetas, maka masuk pada stadia larva, dimulai pada zoea 1 (satu) yang terus menerus berganti kulit sebanyak 5 kali, sambil terbawa arus ke perairan pantai sampai pada zoea 5 (lima). Kemudian kepiting tersebut berganti kulit lagi menjadi megalopa yang bentuk tubuhnya sudah mirip dengan kepiting dewasa, tetapi masih memiliki bagian ekor yang panjang. Pada tingkat megalopa, kepiting mulai beruaya di dasar perairan lumpur menuju perairan pantai dan kemudian pada saat dewasa kepiting beruaya ke perairan berhutan bakau untuk kembali melangsungkan perkawinan.
Reproduksi dan perkembangan Copepoda dioecious merupakan salah satu plankton yang hidup sebagai meroplankton. Betina mempunyai sebuiah atau sepasang ovary dan sepasang seminal receptacle. Copepod jantan yang hidup bebas biasanya mempunyai sebuah testes dan membentuk spermatofora. 
Pada waktu kopulasi, copepod jantan memegang yang betina dengan antenna pertama atau kaki renang keempat atau kelima yang berbentuk capit, dan melekatkan spermatofora pada betina pada pembuahan seminal receptacle. Sekali kopulasi dapat digunakan untuk membuahi 7 sampai 13 kelompok telur. Telur yang telah dibuahi dierami dalam sebuah atau sepasang kantung telur. Tiap kantung telur berisi antara 5 sampai 50 butir telur. Copepod mengerami telur sampai selama 12 jam sampai 5 hari, maka kantung telur hancur dan keluarlah larva yang disebut nauplius. Kemudian copepod betina tersebut akan menghasilkan kantung baru dan kelompok telur baru. Stadia nauplius sebanyak 5 atau 6 instar, kemudian menjadi copepodidi sebanyak 5 instar, dan akhirnya menjadi dewasa. Copepod dewasa tidak mengalami pergantian kulit. Perkembangan dari telur sampai dewasa memakan waktu antara satu minggu sampai satu tahun. Copepod hidup bebas berumur antara 6 bulan sampai satu tahun lebih.
Kemudia contoh lainnya adalah ostracoda. Saat kawin biasanya yang jantan ada diatas betina dan itulah saat-saat terjadi pemasukan sperma. Maka sang betina akan bertelur.
Reproduksi seksual, dioecious, terjadi kopulasi, pembuahan di dalam. Telur yang telah dibuahi dierami dibawah karapas atau dilekatkan pada substrata tau tumbuhan air, satu per satu atau berkelompok. Telur menetas menjadi larva nauplius yang juga mempunyai dua keeping cangkang seperti induknya. Cypridae air tawar biasanya berkembang biak secara parthenogenesis dan beberapa spesies tidak pernah terdapat jantan.

2.2       Holoplankton
            Dalam kelompok ini termasuk planton yang seluruh daur hidupnya dijalani sebagai plankton, mulai dari telur, larva, hingga dewasa. Kebanyakan zooplankton termasuk dalam golongan ini. Contohnya Copepoda, amfipoda, chaetognata.
Gambar 2. Siklus Hidup Copepoda (Holoplankton)

Reproduksi antara zooplankton crustacea pada umumnya unisexual melibatkan baik hewan jantan maupun betina, meskipun terjadi parthenogenesis diantara Cladocera dan Ostracoda. Siklus hidup Copepoda Calanus dari telur hingga dewasa melewati 6 fase naupli dan 6 fase copepodite. Perubahan bentuk pada beberapa fase naupli pertama terjadi kira-kira beberapa hari dan mungkin tidak makan. Enam pase copepodite dapat diselesaikan kurang dari 30 hari (bergantung suplai makan dan temperatur) dan beberapa generasi dari spesies yang sama mungkin terjadi dalam tahun yang sama (yang disebut siklus hidup ephemeral) (Parsons 1984).

            3.                  Dinamika Populasi Zooplankton
Faktor biologi berupa zooplankton sangat berperan dalam perikanan. Zooplankton sebagai sumber makanan alami bagi ikan. Melimpahnya zooplankton di s uatu perairan dapat mengurangi penggunaan pakan ikan buatan yang kurang ramah lingkungan. Ada atau tidak adanya populasi zooplankton dapat menentukan keberhasilan perikanan komersial di perairan tawar dan perairan laut (Wilkinson 2001 dalam Apriani dkk 2013).
Penelitian yang dilakukan oleh Apriani dkk (2013) mennjelaskan jenis-jenis zooplankton, menganalisis keanekaragaman, kemerataan, dan kekayaan zooplankton serta menentukan hubungan keanekaragaman zooplankton dengan faktor abiotik perairan Telaga Ngebel.Telaga Ngebel adalah sebuah danau alami yang terletak di Desa Gondowido, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur.
Komposisi komunitas zooplankton di perairan Telaga Ngebel yaitu banyaknya spesies yang ditemukan selama penelitian, berjumlah 34 spesies terbagi dalam 14 famili. Komposisi komunitas zooplankton sangat beragam jumlahnya pada tiap stasiun dan kedalaman pengambilan sampel. Kisaran nilai keanekaragaman komunitas zooplankton adalah antara 1,45-2,13. Nilai tersebut tergolong indeks keanekaragaman tingkat sedang menurut Shannon Wiener (1949) dalam Dahuri (1994) dalam Apriani dkk (2013). Nilai indeks keanekaragaman zooplankton di Telaga Ngebel menunjukkan bahwa kestabilan komunitas zooplankton tergolong sedang.
Kemerataan zooplankton di telaga berkisar antara 0,63-0,82. Nilai tersebut menunjukkan mendekati angka 1 yang berarti komunitas zooplankton mempunyai sebaran yang merata serta menunjukkan bahwa kondisi lingkungan perairan di Telaga Ngebel adalah heterogen. Indeks kemerataan juga dapat menunjukkan kondisi komunitas makhluk hidup. Nilai kemerataan zooplankton menunjukkan kondisi komunitas labil hingga stabil, berarti terdapat dinamika yang normal pada populasi di dalam komunitas zooplankton telaga, dalam arti komunitas tidak pernah dalam kondisi tertekan (Apriani dkk 2013).
Nilai kekayaan zooplankton tertinggi pada stasiun 8 kedalaman 1,5 meter sebesar 2,95. Pada kedalaman 0 dan 1,2 meter nilai kekayaan zooplankton tertinggi juga terdapat pada stasiun 7 dan 8. Stasiun 7 dan 8 merupakan area perairan telaga yang dekat dengan hutan lindung. Tingginya nilai keanekaragaman dan kekayaan zooplankton di area hutan lindung tersebut tidak lepas dari pengaruh faktor abiotik lingkungan perairan. Area perairan telaga dekat dengan hutan lindung jarang tercemar limbah rumah tangga maupun pertanian. Area perairan ini juga berjarak cukup jauh dari area keramba. Karakterisitik perairan tersebut mendukung tingginya tingkat keanekaragaman dan kekayaan zooplankton di area perairan telaga dekat dengan hutan lindung (Apriani dkk 2013).
Penelitian lain dilakukan oleh Djohan  (2010) di ekosistem hutan bakau Segara Anakan. Pada komunitas zooplankton, peningkatan kemelimpahannya tidak setinggi kornunitas phytoplankton. Kernelimpahan zooplankton berturut-turut rnulai dari pelairan Bondan, Klaces dan Cigatal adalah 13866 individu per 100 l; 13608 individu per 100 l, dan 4998 individu per 100 l. Berarti ada kenaikan hampir dua kali lipat kemelimpahan zooplankton pada tahun 2005. Akan tetapi sebaliknya di Cigatal, kemelimpahan zooplanktonnya menurun lebih dari tiga kali lipat, yaitu dari 3269 individu per 100 l menjadi 955 individu per liter.
Pada zooplankton, komunitas ko-dominan berikutnya adalah kelompok protozoa. Pcrsentase kemelirnpahan adalah sebesar 45%, I 8% dan 2 l% dari masing-masing komunitas protozoa perairan Bondan, Klaces dan Cigatal. Genus dominan di semua lokasi adalah Tintinopsis. Terdapat pergantian genus kodominan dari genus Codonella dan Favela  menjadi Tintinopsis (Djohan 2010).
Copepoda tetap komunitas dominan di perairan Cigatal, akan tctapi kehadiran cacah  naupliinya hampir tetap sama pada dua tahun terakhir. Artinya bahwa komunitas zooplankton belum merespon pada peledakan phytoplankton. Keadaan ini ditunjukkan oleh populasi Chaetoceros yang meledak baik di lokasi Bondan dan Klaces, akan tetapi komunitas zooplankton tidak ikut meningkat, juga komunitas ikan. Hal ini karena Chaetoceros bukanlah genus yang disenangi oleh zooplankton (Djohan 2010).
Komunitas zooplankton dipilah ke dalam 7 kelornpok: l. Copepoda; 2. Rotifera; 3. Polychaeta; 4. Protozoa; 5. Ostracoda; 6.Oikrpleura; dan 7. Cnidaria. Komunitas zooplankton didorninasi oleh kelompok Copepoda dan Protozoa. Di Bondan dan Klaces ada peningkatan cacah spesies, akan tetapi di Cigatal, cacah spesiesnya menurun. Kelompok Rotifera mneingkat di perairan Bondan dan Klaces. Rotifera adalah kelompok yang tidak disenangi ikan (Djohan 2010).
Adapun penelitian di perairan Bawean, Perairan Pulau Bawean terletak di kawasan laut Jawa yang masuk pada wilayah kabupaten Gresik, Jawa Timuryang dilakukan oleh Djumato dkk (2009). Kelimpahan zooplankton cenderung akan mengikuti laju pertumbuhan populasi fitoplank ton. Secara umum, kerapatan biomasa fi toplankton sebanyak 13 kali lebih banyak daripada biomasa zooplankton. Pola sebaran zooplankton cenderung mengikuti pola sebaran fitoplankton yang kerapatannya menurun kearah selatan, namun konsentrasi tertinggi terdapat di tengah Pola sebaran zooplankton bersifat acak, dengan konsentrasi kerapatan yang tinggi dan rendah terdapat terdapat dibeberapa tempat.kepadatan individu zooplankton berkisar antara 861-29.362 id/m3.
Pada genus zooplankton terdapat sebanyak 65 genus den ada 5 genus yang populasinya melimpah, yaitu Ceratium, Calanus, Cetocerelia, Agalma dan Fritilaria dengan persentase kelimpahan berturutturut 22,26%, 17,10%, 6,96%, 6,92% clan 5,21%. Nilai indeks keanekaragaman (H’) berkisar antara 1,83 hingga 2,56, keseragaman (E) berkisar antara 0,79- 1,00 dan indeks dominansi (D) berkisar 0,12- 0,23. Populasi genus zooplankton sangat beragam, labil dan dinamis. Tingkat kompetisi antar genus untuk mendapatkan prey sangat tinggi, sehingga perubahan struktur populasinya cenderung mengikuti perubahan dan perkembangan populasi pada genus fitoplankton (Djumato dkk 2009).

           4.                  Faktor yang Mempengaruhi Dinamika Populasi Zooplankton
Dinamika populasi plankton dipengaruhi oleh faktor fisika (suhu, intensitas cahaya, kekeruhan/kecerahan, pergerakan air), faktor kimia (oksigen terlarut, ph, salinitas, nutrisi), dan faktor biologis (kompetisi dan pemangsaan). Jenis plankton yang berbeda mempunyai reaksi yang berbeda pula misalnya terhadap suhu dan intensitas cahaya. Menurut Effendi (2003), organisme akuatik memiliki kisaran suhu tertentu (batas bawah dan atas) yang disukai bagi pertumbuhannya. Misalnya alga dari filum chlorophyta dan diatom akan tumbuh dengan baik pada kisaran suhu berturut-turut 30ºC - 35ºC dan 20ºC - 30ºC. Filum cyanophyta lebih dapat bertoleransi terhadap kisaran suhu yang lebih tinggi dibandingkan dengan chlorophyta dan diatom. Pada peraian yang tenang, yang sangat banyak ditumbuhi alga adalah pada mintakat epilimnion. Ketika matahari bersinar terik, alga cenderung menjauhi permukaan perairan karena suhu air relatif tinggi. Alga melakukan kegiatan fotosintesis secara intensif pada kolom air pada kedalaman beberapa meter di bawah permukaan.
            a.                   Cahaya
Ketersediaan cahaya di perairan baik secara kuantitatif maupun kualitatif sangat tergantung pada waktu (harian, musiman, tahunan), tempat (kedalaman, letak geografis), kondisi prevalen di atas permukaan perairan (penutupan awan), atau dalam perairan (absorpsi oleh air dan material-material terlarut, serta penghamburan oleh partikel-partikel tersuspensi). Bagi hewan laut, cahaya mempunyai pengaruh terbesar secara tidak langsung, yakni sebagai sumber energi untuk proses fotosintesis tumbuh-tumbuhan yang menjadi tumpuan hidup mereka karena menjadi sumber makanan. Cahaya juga merupakan faktor penting dalam hubungannya dengan perpindahan populasi hewan laut. Hubungan antara cahaya dan perpindahan hewan laut ini banyak dipelajari, terutama pada plankton hewan. Laju pertumbuhan fitoplankton sangat tergantung pada ketersediaan cahaya di dalam perairan. Laju pertumbuhan maksimum fitoplankton akan mengalami penurunan bila perairan berada pada kondisi ketersediaan cahaya yang rendah.
            b.                  Suhu
Suhu air dapat mempengaruhi sifat fisika kimia perairan maupun biologi, antara lain kenaikan suhu dapat menurunkan kandungan oksigen serta menaikkan daya toksit yang ada dalam suatu perairan. Suhu air mempengaruhi kandungan oksigen terlarut dalam air, semakin tinggi suhu maka semakin kurang kandungan oksigen terlarut. Suhu air mempunyai pengaruh yang besar terhadap proses pertukaran zat atau metabolism dari makhluk hidup dan suhu juga mempengaruhi pertumbuhan plankton. Perkembangan plankton optimal terjadi dalam kisaran suhu antara 25oc-30oc.
            c.                   Kekeruhan/kecerahan
Kekeruhan sangat mempengaruhi perkembangan plankton, apabila kekeruhan tinggi maka cahaya matahari tidak dapat menembus perairan dan menyebabkan fitoplankton tidak dapat melakukan proses fotosintesis.
             d.                  Pergerakan Air
Arus berpengaruh besar terhadap distribusi organism perairan dan juga meningkatkan terjadinya difusi oksigen dalam perairan. Arus juga membantu penyebab plankton dari satu tempat ke tempat lainnya dan membantu menyuplai bahan makanan yang dibutuhkan plankton.
            e.                   Derajat Keasaman (pH)
Derajat keasaman (pH) berpengaruh sangat besar terhadap tumbuh-tumbuhan dan hewan air sehingga sering digunakan sebagai petunjuk untuk menyatakan baik atau tidaknya kondisi air sebagai media hidup. Apabila derajat keasaman tinggi apakah itu asam atau basa menyebabkan proses fisiologis pada plankton terganggu.
            f.                   Oksigen Terlarut
Oksigen terlarut diperlukan oleh tumbuhan air, plankton dan fauna air untuk bernapas serta diperlukan oleh bakteri untuk dekomposisi. Dengan adanya proses dekomposisi yang dilakukan oleh bakteri menyebabkan keadaan unsur hara tetap tersedia di perairan. Hal ini snagat menunjang pertumbuhan air, plankton dan perifiton.
            g.                  Salinitas
Salinitas berperanan penting dalam kehidupan organisme, misalnya distribusi biota akuatik. Nybakken (1992) menyatakan bahwa pada daerah pesisir pantai merupakan perairan dinamis, yang menyebabkan variasi salinitas tidak begitu besar. Organisme yang hidup cenderung mempunyai toleransi terhadap perubahan salinitas sampai dengan 15 ‰.
            h.                  Nutrisi
Nutrisi sangat berperan penting untuk pertumbuhan plankton, nutrisi yang paling penting dalam hal ini adalah nitrat ( no3 ) dan phosphat ( po4 ) phytoplankton mengkonsumsi nitrogen dalam banyak bentuk, seperti nitrogen dari nitrat, ammonia, urea, asam amino. Tetapi phytoplankton lebih cendrung mengkonsumsi nitrat dan ammonia. Nitrat lebih banyak didapati di dasar yang banyak mengandung unsur organik ketimbang dari air laut, nitrat juga bisa diperoleh dari siklus nitrogen. Nitrogen dari nitrat adalah salah satu unsur penting untuk pertumbuhan blue green alga dan phytoplankton lainnya.




DAFTAR PUSTAKA
Apriani, Rila Rahma., Hadi Suwono dan Agus Dharmawan. 2013. Keanekaragaman Zooplankton Berdasarkan Perbedaan Rona Lingkungan Perairan Telaga Ngebel Kabupaten Ponorogo Jawa Timur. Malang: Universitas Negeri Malang.
Agus, M. 2008. Analisis Carrying Capacity Tambak pada Sentra Budidaya Kepiting Bakau (Scylla sp.) Di Kabupaten Pemalang Jawa Tengah. [Tesis] MSDP Universitas Diponegoro Semarang.
Arinardi, O. H., Trimaningsih dan Sudirjo. 1994. Pengantar Tentang Plankton serta Kisaran Kelimpahan dan Plankton Predominan di Sekitar Pulau Jawa dan Bali. Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi.  Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jakarta.
Djohan, Tjut Sugandawaty. 2010. Dinamika Komunitas Plankton di Perairan Ekosistem Hutan Bakau Segaraanakan yang Sedang Berubah. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Djumanto,. Tumpak Sidabutar Hanny Pontororing dan Reinhard Leipary. 2009. Pola Sebaran Horizontal dan Kerapatan Plankton di Perairan Bawean. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Effendie, M. I. 2002. Biologi Perikanan. Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusantara.
Fitriya, Nurul dan Muhammad Lukman. 2013. Komunitas Zooplankton di Perairan Lamalera dan Laut Sawu, Nusa Tenggara Timur. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis. Jakarta: 1Pusat Penelitian Oseanografi LIPI.
Parsons TR, M. Takahashi, B. Hargrave. 1984. Biological Oceanographic Processes. Third Edition.Oxford: Pergamon Press.
Prima, Dody., Tengku Said Raza’i dan Andi Zulfikar. 2015. Keanekaragaman dan Kelimpahan Zooplankton di Sungai Ekang Anculai Kecamatan Teluk Sebong Kabupaten Bintan. FIKP UMRAH.