TUGAS PRODUKTIVITAS PERAIRAN
SIKLUS HIDUP DAN DINAMIKA
POPULASI ZOOPLANKTON
Disusun
sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas Produktivitas Perairan semester ganjil
Disusun Oleh :
Amalia Fajri F 230110140076
Siti Laila Rufaidah 230110140077
Ade Khoerul Umam 230110140082
Jian Setiawan 230110140090
Ulfah Maisyaroh 230110140105
Adinda Kinasih Jacinda 230110140108
Mochamad Elang 230110140112
Kelas
:
Peikanan
B/ Kelompok 2
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILUMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR
2016
1.
Pengertian Zooplankton
Plankton
adalah mahluk (tumbuhan atau hewan) yang hidupnya mengapung, mengambang, atau
melayang di dalam air yang kemampuan renangnya (kalaupun ada) sangat terbatas
hingga selalu terbawa hanyut oleh arus. Secara fungsional, plankton dapat
digolongkan menjadi empat golongan utama, yaitu fitoplankton, zooplankton, bakterioplankton
dan virioplankton. Suatu ekosistem perairan zooplankton merupakan konsumer
pertama yang memakan fitoplankton, kemudian zooplankton dimakan oleh anak-anak
ikan. Dengan adanya keterkaitan plankton ini dalam ekosistem perairan, maka
menempatkan zooplankton dimakan ikan–ikan kecil dan seterusnya (Prima dkk 2015).
Zooplankton
merupakan organisme laut yang memainkan peran yang sangat penting dalam
menopang rantai makanan di laut. Walaupun daya geraknya terbatas dan
distribusinya ditentukan oleh keberadaan makanannya, zooplankton berperan pada
tingkat energi yang kedua yang menghubungkan produsen utama (fitoplankton) dengan
konsumen dalam tingkat makanan yang lebih tinggi. Peranan zooplankton sebagai
konsumen pertama sangat berpengaruh dalam rantai makanan suatu ekosistem
perairan (Handayani dan Patria 2005 dalam
Fitriya dkk 2013). Umumnya sebaran konsentrasi plankton di perairan pantai
tinggi karena tingginya kadar nutrien yang berasal dari daratanmelalui limpasan
air sungai. Namun sebaliknya, konsentrasi nutrien di perairan laut terbuka
sangat terbatas. Pengayaan nutrien yang dijumpai di laut terbuka kemungkinan
berasal dari penaikan massa air laut dalam yang lebih dingin dan kaya nutrient
(upwelling). Kesamaan pola sebaran plankton pada skala yang besar ditentukan
oleh beberapa faktor yaitu massa air permukaan, sirkulasi, dan region upwelling
(Fernandez-alamo dan Farber-Lorda 2006 dalam
Fitriya dkk 2013).
2. Siklus
Hidup Zooplankton
Berdasarkan
siklus hidupnya zooplankton dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu sebagai
meroplankton dan holoplankton banyak jenis hewan yang menghabiskan sebagian
hidupnya sebagai plankton, khususnya pada tingkat larva. Plankton kelompok ini
disebut meroplankton atau plankton sementara. Sedangkan holoplankton atau
plankton tetap, yaitu biota yang sepanjang hidupnya sebagai plankton (Arinardi et al.
1994).
2.1
Meroplankton
Meroplankton adalah hewan yang hidup sebagai plankton untuk
sementara saja, yang merupakan fase awal dari daur (siklus) hidupnya .
Meroplankton umumnya berupa telur hingga larva yang hidup melayang atau
mengambang diatas laut . Memasuki tahap dewasa ia berubah secara bertahap
menjadi nekton yang bisa berenang bebas, atau sebagai bentos yang hidup
menancap, melekat atau menetap di dasar laut . Sebagian besar hewan laut yang
kita kenal seperti ikan, udang, kepiting, kerang, cumi - cumi, teripang, karang
batu memulai daur hidupnya sebagai meroplankton. Meroplankron ini sangat tinggi
keberagamannya

Gambar 1. Siklus Hidup Kepiting (Meroplankton)
Menurut
Boer (1993) dalam Agus (2008), setelah telur menetas, maka masuk pada
stadia larva, dimulai pada zoea 1 (satu) yang terus menerus berganti kulit
sebanyak 5 kali, sambil terbawa arus ke perairan pantai sampai pada zoea 5
(lima). Kemudian kepiting tersebut berganti kulit lagi menjadi megalopa yang
bentuk tubuhnya sudah mirip dengan kepiting dewasa, tetapi masih memiliki
bagian ekor yang panjang. Pada tingkat megalopa, kepiting mulai beruaya di
dasar perairan lumpur menuju perairan pantai dan kemudian pada saat dewasa
kepiting beruaya ke perairan berhutan bakau untuk kembali melangsungkan
perkawinan.
Reproduksi dan perkembangan Copepoda dioecious merupakan salah satu plankton yang hidup sebagai
meroplankton. Betina mempunyai sebuiah atau sepasang ovary dan sepasang seminal
receptacle. Copepod jantan yang hidup bebas biasanya mempunyai sebuah
testes dan membentuk spermatofora.
Pada waktu kopulasi, copepod jantan memegang yang betina
dengan antenna pertama atau kaki renang keempat atau kelima yang berbentuk
capit, dan melekatkan spermatofora pada betina pada pembuahan seminal
receptacle. Sekali kopulasi dapat digunakan untuk membuahi 7 sampai 13 kelompok
telur. Telur yang telah dibuahi dierami dalam sebuah atau sepasang kantung
telur. Tiap kantung telur berisi antara 5 sampai 50 butir telur. Copepod
mengerami telur sampai selama 12 jam sampai 5 hari, maka kantung telur hancur
dan keluarlah larva yang disebut nauplius. Kemudian copepod betina tersebut
akan menghasilkan kantung baru dan kelompok telur baru. Stadia nauplius
sebanyak 5 atau 6 instar, kemudian menjadi copepodidi sebanyak 5 instar, dan
akhirnya menjadi dewasa. Copepod dewasa tidak mengalami pergantian kulit.
Perkembangan dari telur sampai dewasa memakan waktu antara satu minggu sampai
satu tahun. Copepod hidup bebas berumur antara 6 bulan sampai satu tahun lebih.
Kemudia contoh lainnya adalah ostracoda. Saat
kawin biasanya yang jantan ada diatas betina dan itulah saat-saat
terjadi pemasukan sperma. Maka sang betina akan bertelur.
Reproduksi
seksual, dioecious, terjadi kopulasi,
pembuahan di dalam. Telur yang telah dibuahi dierami dibawah karapas atau
dilekatkan pada substrata tau tumbuhan air, satu per satu atau berkelompok.
Telur menetas menjadi larva nauplius yang juga mempunyai dua keeping cangkang
seperti induknya. Cypridae air tawar
biasanya berkembang biak secara parthenogenesis dan beberapa spesies tidak
pernah terdapat jantan.
2.2 Holoplankton
Dalam kelompok ini termasuk planton yang seluruh daur
hidupnya dijalani sebagai plankton, mulai dari telur, larva, hingga dewasa.
Kebanyakan zooplankton termasuk dalam golongan ini. Contohnya Copepoda, amfipoda, chaetognata.

Gambar 2. Siklus Hidup Copepoda (Holoplankton)
Reproduksi antara zooplankton crustacea pada umumnya unisexual
melibatkan baik hewan jantan maupun betina, meskipun terjadi parthenogenesis diantara Cladocera dan Ostracoda. Siklus hidup Copepoda
Calanus dari telur hingga dewasa
melewati 6 fase naupli dan 6 fase copepodite.
Perubahan bentuk pada beberapa fase naupli pertama terjadi kira-kira beberapa
hari dan mungkin tidak makan. Enam pase copepodite dapat diselesaikan kurang
dari 30 hari (bergantung suplai makan dan temperatur) dan beberapa generasi
dari spesies yang sama mungkin terjadi dalam tahun yang sama (yang disebut siklus
hidup ephemeral) (Parsons 1984).
3.
Dinamika Populasi Zooplankton
Faktor
biologi berupa zooplankton sangat berperan dalam perikanan. Zooplankton sebagai
sumber makanan alami bagi ikan. Melimpahnya zooplankton di s uatu perairan
dapat mengurangi penggunaan pakan ikan buatan yang kurang ramah lingkungan. Ada
atau tidak adanya populasi zooplankton dapat menentukan keberhasilan perikanan
komersial di perairan tawar dan perairan laut (Wilkinson 2001 dalam Apriani dkk 2013).
Penelitian
yang dilakukan oleh Apriani dkk (2013) mennjelaskan jenis-jenis zooplankton,
menganalisis keanekaragaman, kemerataan, dan kekayaan zooplankton serta
menentukan hubungan keanekaragaman zooplankton dengan faktor abiotik perairan
Telaga Ngebel.Telaga Ngebel adalah sebuah danau alami yang terletak di Desa
Gondowido, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur.
Komposisi
komunitas zooplankton di perairan Telaga Ngebel yaitu banyaknya spesies yang
ditemukan selama penelitian, berjumlah 34 spesies terbagi dalam 14 famili.
Komposisi komunitas zooplankton sangat beragam jumlahnya pada tiap stasiun dan
kedalaman pengambilan sampel. Kisaran nilai keanekaragaman komunitas
zooplankton adalah antara 1,45-2,13. Nilai tersebut tergolong indeks
keanekaragaman tingkat sedang menurut Shannon Wiener (1949) dalam Dahuri (1994) dalam Apriani dkk (2013). Nilai indeks keanekaragaman zooplankton
di Telaga Ngebel menunjukkan bahwa kestabilan komunitas zooplankton tergolong
sedang.
Kemerataan
zooplankton di telaga berkisar antara 0,63-0,82. Nilai tersebut menunjukkan
mendekati angka 1 yang berarti komunitas zooplankton mempunyai sebaran yang
merata serta menunjukkan bahwa kondisi lingkungan perairan di Telaga Ngebel
adalah heterogen. Indeks kemerataan juga dapat menunjukkan kondisi komunitas
makhluk hidup. Nilai kemerataan zooplankton menunjukkan kondisi komunitas labil
hingga stabil, berarti terdapat dinamika yang normal pada populasi di dalam
komunitas zooplankton telaga, dalam arti komunitas tidak pernah dalam kondisi
tertekan (Apriani dkk 2013).
Nilai
kekayaan zooplankton tertinggi pada stasiun 8 kedalaman 1,5 meter sebesar 2,95.
Pada kedalaman 0 dan 1,2 meter nilai kekayaan zooplankton tertinggi juga
terdapat pada stasiun 7 dan 8. Stasiun 7 dan 8 merupakan area perairan telaga
yang dekat dengan hutan lindung. Tingginya nilai keanekaragaman dan kekayaan
zooplankton di area hutan lindung tersebut tidak lepas dari pengaruh faktor
abiotik lingkungan perairan. Area perairan telaga dekat dengan hutan lindung
jarang tercemar limbah rumah tangga maupun pertanian. Area perairan ini juga
berjarak cukup jauh dari area keramba. Karakterisitik perairan tersebut
mendukung tingginya tingkat keanekaragaman dan kekayaan zooplankton di area
perairan telaga dekat dengan hutan lindung (Apriani dkk 2013).
Penelitian
lain dilakukan oleh Djohan (2010) di ekosistem
hutan bakau Segara Anakan. Pada komunitas zooplankton, peningkatan kemelimpahannya
tidak setinggi kornunitas phytoplankton.
Kernelimpahan zooplankton berturut-turut rnulai dari pelairan Bondan, Klaces
dan Cigatal adalah 13866 individu per 100 l; 13608 individu per 100 l, dan 4998
individu per 100 l. Berarti ada kenaikan hampir dua kali lipat kemelimpahan
zooplankton pada tahun 2005. Akan tetapi sebaliknya di Cigatal, kemelimpahan
zooplanktonnya menurun lebih dari tiga kali lipat, yaitu dari 3269 individu per
100 l menjadi 955 individu per liter.
Pada
zooplankton, komunitas ko-dominan berikutnya adalah kelompok protozoa.
Pcrsentase kemelirnpahan adalah sebesar 45%, I 8% dan 2 l% dari masing-masing komunitas
protozoa perairan Bondan, Klaces dan Cigatal. Genus dominan di semua lokasi
adalah Tintinopsis. Terdapat
pergantian genus kodominan dari genus Codonella
dan Favela menjadi Tintinopsis
(Djohan 2010).
Copepoda
tetap komunitas dominan di perairan Cigatal, akan tctapi kehadiran cacah naupliinya
hampir tetap sama pada dua tahun terakhir. Artinya bahwa komunitas zooplankton
belum merespon pada peledakan phytoplankton.
Keadaan ini ditunjukkan oleh populasi Chaetoceros
yang meledak baik di lokasi Bondan dan Klaces, akan tetapi komunitas zooplankton
tidak ikut meningkat, juga komunitas ikan. Hal ini karena Chaetoceros bukanlah genus yang disenangi oleh zooplankton (Djohan
2010).
Komunitas
zooplankton dipilah ke dalam 7 kelornpok: l. Copepoda; 2. Rotifera; 3.
Polychaeta; 4. Protozoa; 5. Ostracoda;
6.Oikrpleura; dan 7. Cnidaria. Komunitas zooplankton didorninasi
oleh kelompok Copepoda dan Protozoa. Di Bondan dan Klaces ada
peningkatan cacah spesies, akan tetapi di Cigatal, cacah spesiesnya menurun. Kelompok
Rotifera mneingkat di perairan Bondan
dan Klaces. Rotifera adalah kelompok yang tidak disenangi ikan (Djohan 2010).
Adapun
penelitian di perairan Bawean, Perairan Pulau Bawean terletak di kawasan laut
Jawa yang masuk pada wilayah kabupaten Gresik, Jawa Timuryang dilakukan oleh
Djumato dkk (2009). Kelimpahan zooplankton cenderung akan mengikuti laju
pertumbuhan populasi fitoplank ton. Secara umum, kerapatan biomasa fi
toplankton sebanyak 13 kali lebih banyak daripada biomasa zooplankton. Pola
sebaran zooplankton cenderung mengikuti pola sebaran fitoplankton yang
kerapatannya menurun kearah selatan, namun konsentrasi tertinggi terdapat di
tengah Pola sebaran zooplankton bersifat acak, dengan konsentrasi kerapatan
yang tinggi dan rendah terdapat terdapat dibeberapa tempat.kepadatan individu
zooplankton berkisar antara 861-29.362 id/m3.
Pada
genus zooplankton terdapat sebanyak 65 genus den ada 5 genus yang populasinya
melimpah, yaitu Ceratium, Calanus, Cetocerelia, Agalma dan Fritilaria dengan persentase kelimpahan
berturutturut 22,26%, 17,10%, 6,96%, 6,92% clan 5,21%. Nilai indeks
keanekaragaman (H’) berkisar antara 1,83 hingga 2,56, keseragaman (E) berkisar
antara 0,79- 1,00 dan indeks dominansi (D) berkisar 0,12- 0,23. Populasi genus
zooplankton sangat beragam, labil dan dinamis. Tingkat kompetisi antar genus
untuk mendapatkan prey sangat tinggi, sehingga perubahan struktur populasinya
cenderung mengikuti perubahan dan perkembangan populasi pada genus fitoplankton
(Djumato dkk 2009).
4.
Faktor yang Mempengaruhi Dinamika Populasi
Zooplankton
Dinamika populasi
plankton dipengaruhi oleh faktor fisika (suhu, intensitas cahaya,
kekeruhan/kecerahan, pergerakan air), faktor kimia (oksigen terlarut, ph,
salinitas, nutrisi), dan faktor biologis (kompetisi dan pemangsaan). Jenis
plankton yang berbeda mempunyai reaksi yang berbeda pula misalnya terhadap suhu
dan intensitas cahaya. Menurut Effendi (2003), organisme akuatik memiliki
kisaran suhu tertentu (batas bawah dan atas) yang disukai bagi pertumbuhannya.
Misalnya alga dari filum chlorophyta dan diatom akan tumbuh dengan baik pada
kisaran suhu berturut-turut 30ºC - 35ºC dan 20ºC - 30ºC. Filum cyanophyta lebih
dapat bertoleransi terhadap kisaran suhu yang lebih tinggi dibandingkan dengan
chlorophyta dan diatom. Pada peraian yang tenang, yang sangat banyak ditumbuhi
alga adalah pada mintakat epilimnion. Ketika matahari bersinar terik, alga
cenderung menjauhi permukaan perairan karena suhu air relatif tinggi. Alga
melakukan kegiatan fotosintesis secara intensif pada kolom air pada kedalaman
beberapa meter di bawah permukaan.
a.
Cahaya
Ketersediaan cahaya di
perairan baik secara kuantitatif maupun kualitatif sangat tergantung pada waktu
(harian, musiman, tahunan), tempat (kedalaman, letak geografis), kondisi
prevalen di atas permukaan perairan (penutupan awan), atau dalam perairan
(absorpsi oleh air dan material-material terlarut, serta penghamburan oleh
partikel-partikel tersuspensi). Bagi hewan laut, cahaya mempunyai pengaruh
terbesar secara tidak langsung, yakni sebagai sumber energi untuk proses
fotosintesis tumbuh-tumbuhan yang menjadi tumpuan hidup mereka karena menjadi
sumber makanan. Cahaya juga merupakan faktor penting dalam hubungannya dengan perpindahan
populasi hewan laut. Hubungan antara cahaya dan perpindahan hewan laut ini
banyak dipelajari, terutama pada plankton hewan. Laju pertumbuhan fitoplankton
sangat tergantung pada ketersediaan cahaya di dalam perairan. Laju pertumbuhan
maksimum fitoplankton akan mengalami penurunan bila perairan berada pada
kondisi ketersediaan cahaya yang rendah.
b.
Suhu
Suhu air dapat
mempengaruhi sifat fisika kimia perairan maupun biologi, antara lain kenaikan
suhu dapat menurunkan kandungan oksigen serta menaikkan daya toksit yang ada
dalam suatu perairan. Suhu air mempengaruhi kandungan oksigen terlarut dalam
air, semakin tinggi suhu maka semakin kurang kandungan oksigen terlarut. Suhu
air mempunyai pengaruh yang besar terhadap proses pertukaran zat atau metabolism
dari makhluk hidup dan suhu juga mempengaruhi pertumbuhan plankton.
Perkembangan plankton optimal terjadi dalam kisaran suhu antara 25oc-30oc.
c.
Kekeruhan/kecerahan
Kekeruhan sangat
mempengaruhi perkembangan plankton, apabila kekeruhan tinggi maka cahaya matahari
tidak dapat menembus perairan dan menyebabkan fitoplankton tidak dapat
melakukan proses fotosintesis.
d.
Pergerakan Air
Arus berpengaruh besar
terhadap distribusi organism perairan dan juga meningkatkan terjadinya difusi
oksigen dalam perairan. Arus juga membantu penyebab plankton dari satu tempat
ke tempat lainnya dan membantu menyuplai bahan makanan yang dibutuhkan
plankton.
e.
Derajat Keasaman (pH)
Derajat keasaman (pH)
berpengaruh sangat besar terhadap tumbuh-tumbuhan dan hewan air sehingga sering
digunakan sebagai petunjuk untuk menyatakan baik atau tidaknya kondisi air
sebagai media hidup. Apabila derajat keasaman tinggi apakah itu asam atau basa
menyebabkan proses fisiologis pada plankton terganggu.
f.
Oksigen Terlarut
Oksigen terlarut
diperlukan oleh tumbuhan air, plankton dan fauna air untuk bernapas serta
diperlukan oleh bakteri untuk dekomposisi. Dengan adanya proses dekomposisi
yang dilakukan oleh bakteri menyebabkan keadaan unsur hara tetap tersedia di
perairan. Hal ini snagat menunjang pertumbuhan air, plankton dan perifiton.
g.
Salinitas
Salinitas berperanan
penting dalam kehidupan organisme, misalnya distribusi biota akuatik. Nybakken
(1992) menyatakan bahwa pada daerah pesisir pantai merupakan perairan dinamis,
yang menyebabkan variasi salinitas tidak begitu besar. Organisme yang hidup
cenderung mempunyai toleransi terhadap perubahan salinitas sampai dengan 15 ‰.
h.
Nutrisi
Nutrisi sangat berperan
penting untuk pertumbuhan plankton, nutrisi yang paling penting dalam hal ini
adalah nitrat ( no3 ) dan phosphat ( po4 ) phytoplankton mengkonsumsi nitrogen
dalam banyak bentuk, seperti nitrogen dari nitrat, ammonia, urea, asam amino.
Tetapi phytoplankton lebih cendrung mengkonsumsi nitrat dan ammonia. Nitrat
lebih banyak didapati di dasar yang banyak mengandung unsur organik ketimbang
dari air laut, nitrat juga bisa diperoleh dari siklus nitrogen. Nitrogen dari
nitrat adalah salah satu unsur penting untuk pertumbuhan blue green alga dan
phytoplankton lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Apriani, Rila Rahma., Hadi Suwono dan Agus Dharmawan. 2013. Keanekaragaman Zooplankton Berdasarkan
Perbedaan Rona Lingkungan Perairan Telaga Ngebel Kabupaten Ponorogo Jawa Timur.
Malang: Universitas Negeri Malang.
Agus, M. 2008. Analisis
Carrying Capacity Tambak pada Sentra Budidaya Kepiting Bakau (Scylla sp.) Di
Kabupaten Pemalang Jawa Tengah. [Tesis] MSDP Universitas Diponegoro
Semarang.
Arinardi, O. H., Trimaningsih dan
Sudirjo. 1994. Pengantar Tentang Plankton serta Kisaran Kelimpahan dan
Plankton Predominan di Sekitar Pulau Jawa dan Bali. Pusat Penelitian
dan Pengembangan Oseanologi. Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia, Jakarta.
Djohan,
Tjut Sugandawaty. 2010. Dinamika
Komunitas Plankton di Perairan Ekosistem Hutan Bakau Segaraanakan
yang Sedang Berubah. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Djumanto,. Tumpak Sidabutar Hanny Pontororing
dan Reinhard Leipary. 2009. Pola Sebaran
Horizontal dan Kerapatan Plankton di Perairan Bawean. Yogyakarta:
Universitas Gadjah Mada.
Effendie, M. I. 2002. Biologi Perikanan.
Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusantara.
Fitriya, Nurul dan Muhammad Lukman. 2013. Komunitas Zooplankton di Perairan Lamalera dan
Laut Sawu, Nusa Tenggara Timur. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis.
Jakarta: 1Pusat Penelitian Oseanografi LIPI.
Parsons
TR, M. Takahashi, B. Hargrave. 1984. Biological Oceanographic Processes.
Third Edition.Oxford: Pergamon Press.
Prima, Dody., Tengku Said Raza’i dan Andi Zulfikar. 2015. Keanekaragaman dan Kelimpahan Zooplankton di Sungai Ekang Anculai Kecamatan Teluk Sebong Kabupaten Bintan. FIKP UMRAH.
Prima, Dody., Tengku Said Raza’i dan Andi Zulfikar. 2015. Keanekaragaman dan Kelimpahan Zooplankton di Sungai Ekang Anculai Kecamatan Teluk Sebong Kabupaten Bintan. FIKP UMRAH.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar